Oleh Laela Suci Sariasih, S.Pd.

Tantangan penggunaan bahasa Indonesia semakin berat. Ruang publik kita menunjukkan bahwa bahasa Indonesia mulai tergeser oleh bahasa asing. Padahal, ruang publik sebaiknya menunjukkan identitas bangsa dengan pengutamaan bahasa Indonesia. Namun, pada kenyataannya penggunaan bahasa di ruang publik masih belum menunjukkan hal itu. Kesalahan berbahasa Indonesia masih sering muncul, khususnya di papan-papan nama, baik papan nama pertokoan, pusat-pusat perbelanjaan, perumahan, periklanan. Ruang-ruang publik kita seakan-akan lebih mengutamakan warga asing daripada warga Indonesia. Banyak papan petunjuk yang mengutamakan bahasa  Inggris daripada bahasa Indonesian. Bahasa Inggris ditulis lebih dahulu dengan menggunakan huruf besar, sedangkan bahasa Indonesia ditulis setelahnya dengan menggunakan huruf kecil. Selain didominasi oleh bahasa asing, ruang-ruang publik juga belum memperhatikan kaidah bahasa Indonesia.

Kesalahan berbahasa itu muncul karena beberapa faktor, yaitu tidak menggunakan tata bahasa yang benar, tidak menggunakan tata bahasa yang sesuai situasi, menggunakan istilah asing yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, menerjemahkan istilah asing sekendak hati.  Media massa di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik itu dari segi media maupun cara penulisannya. Banyak bentuk tulisan media yang ditulis untuk menguntungkan suatu golongan dan  hanya sebagai candaan belaka. Ada juga berita tersebut memiliki judul yang sudah di luar kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, terkadang judul yang tertera dengan isi dari berita atau informasi tersebut sudah melenceng bahkan tidak berhubungan, sehingga mungkin dapat membuat banyak pembaca salah paham dalam memahami berita tersebut.

Media massa di sekolah dapat dijadikan tolak ukur penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik, khususnya dalam lingkup sekolah. Di sekolah penggunaan bahasa dapat ditemukan di brosur, majalah dinding sekolah, pengumuman sekolah, dan informasi di beranda website sekolah. Media massa sekolah tersebut berisi berbagai informasi tentang sekolah, baik itu visi dan misi, program studi, tenaga pengajar, fasilitas sekolah, ektrakurikuler yang bermanfat sebagai sumber informasi untuk warga sekolah maupun masyarakat umum. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Indonesia di media massa sebaiknya  memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berbahasa yang baik, yaitu berbahasa sesuai dengan situasi pemakaian, sedangkan berbahasa yang benar adalah berbahasa sesuai dengan kaidah kebahasaan, yaitu pembentukan kata, pemilihan kata, dan penggunaan struktur kalimat.

Kajian penggunaan bahasa Indonesia di media massa, khususnya di lingkup sekolah diharapkan dapat diperoleh gambaran kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. Kajian ini juga penting untuk melakukan kegiatan lanjutan berupa kegiatan pembinaan bahasa Indonesia. Sekolah menjadi salah satu sasaran dalam upaya pembinaan bahasa karena merupakan tempat para siswa menuntut ilmu. Jika dasar penguasaan bahasa Indonesia kuat, peserta didik diharapkan mampu memiliki sikap positif berbahasa Indonesia sejak dini.

Pengelolaan media massa sekolah yaitu berupa koordinasi unsur-unsur terkait dalam penerbitan media. Unsur-unsur terkait dalam penerbitan media massa sekolah secara garis besar terdiri dari dua bagian:

Bagian Redaksi (Editor Department)

Bagian Usaha (Business Department)

Bagian redaksi adalah bidang pemberitaan yang dipimpin oleh seorang Pemimpin Redaksi yang beranggotakan Redaktur (Editor), Reporter (Fotografer), dan Koresponden. Tugasnya mengelola isi media berupa berita, dan opini. Bagian Usaha adalah bidang pemasaran (marketing). Dipimpin seorang pemimpin usaha atau Manajer Pemasaran, bidang ini menangani urusan promosi sekolah.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi acuan bagi masyarakat dalam sehari-hari. Media massa menjadi salah satu contoh bagi masyarakat untuk mengajarkan penggunaan bahasa yang benar sesuai kaidah. Media massa sering menjadi rujukan dalam pembinaan bahasa Indonesia yang benar. Bahkan media massa lebih dipercaya dari guru dalam mengajarkan atau mengedukasi peserta didik maupun masyarakat tentang bahasa Indonesia yang benar. Media massa menjadi faktor utama dan pedoman yang paling efektif dan ampuh untuk mengembangkan sekaligus membina bahasa. Penggunaan bahasa Indonesia di media massa terdapat kesalahan, meliputi kesalahan ejaan, yaitu huruf kapital, huruf miring, singkatan dan akronim, kata depan, gabungan kata, penulisan angka dan bilangan, penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda pisah, tanda titik dua, dan tanda titik koma; kesalahan bentuk dan pilihan kata, yaitu bentuk tidak baku, bentuk terikat, dan ungkapan idiomatis; dan kesalahan kalimat, yaitu kalimat tak bersubjek dan penggunaan konjungsi yang tidak tepat.

Kajian ini memberikan gambaran persoalan bahasa Indonesia di media massa yang masih sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, upaya pembinaan bahasa Indonesia bagi masyarakat, khususnya media massa masih perlu dilakukan dengan membangkitkan kembali kebanggaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Upaya itu dilakukan dengan meningkatkan sikap positif terhadap penggunaan bahasa Indonesia agar posisi bahasa Indonesia tetap sesuai dengan  kedudukan dan fungsinya.

Oleh karena itu media massa di sekolah perlu ada proses penyuntingan naskah berita sebelum dipublikasikan kepada warga sekolah maupun masyarakat umum. Penyuntingan dapat diartikan sebagai proses penyiapan naskah atau karangan yang siap cetak atau siap terbit dengan tetap memperhatikan sistematika penyajian, isi, dan bahasa. Hal tersebut menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat. Sebelum menyunting naskah, seorang penyunting harus memahami dan mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar penyuntingan agar kesalahan-kesalahan yang ada dalam naskah dapat teridentifikasi dengan tepat. Bahasa selalu berkembang dari waktu ke waktu, sehingga seorang penyunting harus memiliki kepekaan bahasa agar pengetahuan yang didapat seorang penyunting lebih luas. Selain itu, seorang penyunting harus memahami kode etik penyunting sebelum melakukan proses penyuntingan naskah. Dalam proses penyuntingan sama saja mendukung penerapan pedoman berbahasa yang paling efektif dan ampuh untuk mengembangkan sekaligus membina bahasa.